KATA
PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, merupakan satu
kata yang sangat pantas penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang karena
bimbingan-Nya maka penulis bisa menyelesaikan sebuah karya tulis Manajemen
Berbasis Sekolah berjudul ” Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) dan Otonomi Daerah”
Makalah ini dibuat dengan berbagai
observasi dalam jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan karya yang bisa
dipertanggungjawabkan hasilnya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada
pihak terkait yang telah membantu kami dalam menghadapi berbagai tantangan
dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa masih sangat banyak
kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karna itu kami mengundang
pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini
bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita semua
Kuta Cane, November 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………. 1
DAFTAR ISI …………………...……………………………………….…………… 2
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………...………………………………….………………. 3
C. Rumusan Masalah ……………………..………………………………………….. 3
B. Tujuan dan Manfaat Penulisan…....……………………………………………,…. 4
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian Manajemen Berbasis sekolah
(MBS) …………..……………......….…. 5
B. Sejarah Munculnya Manajemen Berbasis
sekolah (MBS) ……..…………....….… 5
C.Alasan Diterapkannya Manajemen Berbasis
sekolah (MBS) …..……………......... 6
D.Tujuan Manajemen Berbasis sekolah
(MBS) ………………………..………...….. 8
E.Prinsip-prinsip dan Karakteristik
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) .................. 10
F.Implementasi Manajemen Berbasis sekolah
(MBS) ………………..……,……… 12
G.Peranan Masyarakat dalamPenerapan Manajemen
Berbasis sekolah (MBS)........,. 13
BAB III KESIMPULAN ………………………..………………………….........… 15
DAFTAR PUSTAKA
.............................................................................................,.. 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fakta yang ada sekarang ini menyatakan
bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan
negara-negara lain di dunia. Hal ini mempunyai dampak yang sangat besar bagi
majunya kehidupan masyarakat dalam segala aspek bidang kehidupan. Sehingga
pemerintah berinisiatif untuk mencari solusi dalam menangani masalah ini. Untuk
menciptakan masyarakat yang maju maka hal perlu diperhatikan terlebih dahulu
adalah bagaimana mewujudkan pendidikan yang bermutu yang pada akhirnya mencapai
tujuan pendidikan nasional yaitu terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata
sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Hal ini sejalan dengan Visi
Pendidikan Nasional bahwa Depdiknas berhasrat untuk pada tahun 2025
menghasilkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif atau insan paripurna.
Salah satu upaya pemerintah dalam
meningkatkan kualitas pendidikan adalah melalui penerapan Manajemen Berbasis
Sekolah atau MBS. Hal ini didasarkan pada suatu asumsi bahwa MBS merupakan
pemikiran ke arah pengelolaan pendidikan yang memberi keleluasaan kepada
sekolah untuk mengatur dan melaksanakan berbagai kebijakan secara luas. Dengan
demikian, mahasiswa calon guru SD semestinya dapat memahami penerapan MBS
sebagai bekal ketika berada di sekolah nantinya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
Apakah pengertian Manajemen Berbasis Sekolah ?
Bagaimanakah sejarah munculnya Manajemen Berbasis Sekolah ?
Apakah yang menjadi alasan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah ?
Apakah tujuan diterapkannya Manajemen Berbasis Sekolah ?
Bagaimanakah prinsip-prinsip dan karakteristik Manajemen Berbasis
Sekolah ?
Bagaimana mengimplementasikan Manajemen Berbasis Sekolah ?
Apakah peranan masyarakat dalam Manajemen Berbasis Sekolah ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah
di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui pengertian Manajemen Berbasis Sekolah.
Untuk mengetahui sejarah munculnya Manajemen Berbasis Sekolah.
Untuk mengetahui alasan diterapkannya Manajemen Berbasis Sekolah.
Untuk mengetahui tujuan diterapkannya Manajemen Berbasis Sekolah.
Untuk mengetahui prinsip-prinsip dan karakteristik Manajemen Berbasis
Sekolah.
Untuk mengetahui mengimplementasikan Manajemen Berbasis Sekolah.
Untuk mengetahui peranan masyarakat dalam peneran Manajemen Berbasis
Sekolah.
Adapun manfaat dari makalah ini adalah :
Sebagai solusi alternatif dalam mengelola dan memanejemen pendidikan di
sekolah
Menambah wawasan penulis pembaca makalah ini dalam memahami contoh dari
perubahan dan inovasi pendidikan dalam aspek manejemen dan pengololaan
pendidikan khususnya di sekolah.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Berbasis sekolah (MBS)
MBS merupakan paradigma baru pendidikan
yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah dengan melibatkan masyarakat
dalam kerangka kebijakan nasional. MBS merupakan wujud dari reformasi
pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang
lebih baik dan memadai bagi para siswa.
Dapat juga dikatakan bahwa Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) pada hakikatnya adalah penyerasian sumberdaya yang
dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok
kepentingan (stakeholder) yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam
proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah
atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
B.
Sejarah Munculnya Manajemen Berbasis sekolah (MBS)
Secara faktual, telah banyak usaha yang
telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di tingkat pendidikan dasar.
Namun hasilnya kurang menggembirakan. Secara garis besar faktor-faktor
penyebabnya adalah :
Kebijakan penyelenggaraan pendidikan nasional yang berorientasi pada
output pendidikan terlalu memusatkan pada input, sehingga proses pendidikan
kurang diperhatikan.
Penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik. Hal ini
menyebabkan tingginya ketergantungan kepada keputusan birokrasi. Oleh sebab
itulah sekolah menjadi tidak mandiri, kurang inisiatif dan miskin kreativitas,
sehingga usaha dan saya untuk mengembangkan atau meningkatkan mutu layanan dan
keluaran pendidikan menjadi kurang termotivasi.
Peran serta masyarakat, terutama orang tua siswa dalam penyelenggaraan
pendidikan, selama ini hanya terbatas pada dukungan dana, padahal mereka sangat
penting dalam proses-proses pendidikan seperti pengambilan keputusan,
monitoring, evaluasi dan akuntabilitas. Oleh sebab itulah perlu desentralisasi
pendidikan sebagai faktor pendorong MBS ini.
Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan
di Amerika Serikat, konsep Site Based Management merupakan strategi penting
untuk meningkatkan kualitas pembuatan keputusan-keputusan pendidikan dalam
anggaran pendidikan, sumberdaya pendidik, kurikulum dan evaluasi pendidikan
(penilaian). Demikian juga studi yang dilakukan di El Salvador, Nepal dan
Pakistan. Rata-rata informasi menunjukkan pemberian otonomi pada sekolah telah
meningkatkan motivasi dan kehadiran guru. Sementara di Australia, School Based
Management merupakan refleksi pengelolaan desentralisasi pendidikan yang
menempatkan sekolah sebagai lembaga yang memiliki kewenangan untuk menetapkan
kebijakan yang menyangkut visi, misi, dan tujuan atau sasaran sekolah yang
membawa implikasi terhadap pengembangan kurikulum sekolah dan program-program
operatif sekolah yang lain. MBS di Australia dibangun dengan memperhatikan
kebijakan dan panduan dari pemerintah negara bagian di satu pihak, dan di pihak
lain dari partisipasi masyarakat melalui school council dan parent and
community association. Perpaduan keduanya melahirkan dokumen penting
penyelenggaraan MBS yaity school policy yang memuat visi, misi, sasaran,
pengembangan kurikulum, dan prioritas program, (2) school planning review serta
(3) school annual planning quality assurance. Akuntabilitas dilakukan melalui
external and internal monitoring.
Dengan belajar keberhasilan di negara
lain seiring dengan diberlakukannnya Undang-undang Otonomi Daerah yaitu
UU.No.22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan Undang-undang N0.25 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, maka semakin membuka peluang kebijakan
pendidikan di Indonesia mengalami desentralisasi pula yang salah satu bentuknya
berupa Manajemen Berbasis Sekolah. Sejarah baru pengelolaan pendidikan di
Indonesia melalui MBS menjadikan pengelolaan pendidikan di Indonesia berpola
desentralisasi, otonomi, pengambilan keputusan secara partisipatif. Pendekatan
birokratik tidak ada lagi, yang ada adalah pendekatan profesional.
Dalam Pasal 11 UU No.25 Tahun 1999,
kewenangan daerah kabupaten dan kota, mencakup semua bidang pemerintahan
termasuk di dalamnya pendidikan dan kebudayaan, maka terdapat otonomi dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan, peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan,
peningkatan relevansi pendidikan yang mengarah kepada pendidikan berbasis
masyarakat, dan pemerataan pelayanan pendidikan yang berkeadilan.
C. Alasan Diterapkannya Manajemen Berbasis sekolah
(MBS)
Berdasarkan keputusan Kementerian
Pendidikan Nasional ada beberapa alasan
yang mendasari penerapan Manajemen Berbasis Sekolah, yaitu :
Dengan pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah, maka sekolah
akan lebih inisiatif/kreatif dalam meningkatkan mutu sekolah.
Dengan pemberian fleksibilitas/keluwesan-keluwesan yang lebih besar
kepada sekolah untuk mengelola sumberdayanya, maka sekolah akan lebih luwes dan
lincah dalam mengadakan dan memanfaatkan sumberdaya sekolah secara optimal
untuk meningkatkan mutu sekolah.
Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi
dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia
untuk memajukan sekolahnya.
Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input
pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk
memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang
terbaik bagi sekolahnya.
Penggunaan sumberdaya pendidikan lebih efisien dan efektif bilamana
dikontrol oleh masyarakat setempat.
Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan
keputusan sekolah menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.
Sekolah dapat bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing-masing
kepada pemerintah, orangtua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya,
sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai
sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan.
Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah
lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan
dukungan orangtua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.
Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan
yang berubah dengan cepat.
Sedangkan Nukolis memberikan alasan MBS
sebagai berikut:
Pertama, sekolah lebih mengetahui
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya, sehingga sekolah dapat
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan
sekolahnya. Kedua, sekolah lebih mengetahuikebutuhannya. Ketiga, keterlibatan
warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan dapat menciptakan
transparansi dan demokrasi yang sehat.
Menurut Mulyasa alasan MBS antara lain:
Pemerintah mempunyai konsisten untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
pendidikan
Kegagalan program-program peningkatan kualitas pendidikan sebelumnya
(JPS/Aku Anak Sekolah) karena manajemen yang terlalu kaku dan sentralistik
Muncul pemikiran ke arah pengelolaan pendidikan yang memberi keleluasaan
kepada sekolah untuk mengatur dan melaksanakan berbagai kebijakan secara luas.
Data lain didapat dari internet yang
menjabarkan alasan penerapan MBS di sekolah antara lain:
Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi
dirinya, sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia
untuk memajukan sekolahnya.
Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input dan
output pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses
pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih tepat untuk
memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling mengetahui apa
yang terbaik bagi sekolahnya.
Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif bila
masyarakat setempat juga ikut mengontrol
Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan
keputusan sekolah, menciptakan transparansi dan demokrasi yang kuat Sekolah
bertanggung jawab tentang mutu pendidikan sekolah masing-masing kepada
pemerintah, orang tua, dan masyarakat
Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah lain untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya inovatif dengan dukungan orang tua,
masyarakat, dan pemerintah
Sekolah dapat secara tepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan
yang berubah dengan cepat.
Berdasarkan alasan yang dijabarkan di
atas dapat diambil alasan MBS menurut penulis antara lain:
Lingkungan yang paling dekat dengan siswa adalah lingkungan sekolah.
Sehingga stakeholders dapat menyesuaikan program berdasarkan kebutuhan
Adanya keterbukaan sehingga masyarakat mengetahui dengan jelas karena
masyarakat ikut berperan dalam peningkatan mutu pendidikan
Semangat untuk bersaing tinggi dengan sekolah lain dari daerah sendiri
sampai nasional.
Aspirasi masyarakat cepat tersampaikan.
D. Tujuan Manajemen Berbasis sekolah (MBS)
Tujuan penerapan manajemen berbasis
sekolah secara umum adalah untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah
melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah, pemberian fleksibilitas
yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdaya sekolah, dan
mendorong partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
Secara terperinci MBS bertujuan untuk
(1) meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kemandirian,
fleksibilitas, partisipasi, keterbukaan, kerjasama, akuntabilitas,
sustainabilitas, dan inisiatif sekolah dalam mengelola, memanfaatkan, dan
memberdayakan sumberdaya yang tersedia, (2) meningkatkan kepedulian warga
sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan
keputusan bersama, (3) meningkatkan tanggungjawab sekolah kepada orangtua,
masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya dan (4) meningkatkan
kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.
Menurut Nanang fatah Tujuan penerapan
MBS memberi leluasa pada pihak pengelola pendidikan yang seharusnya dilakukandi
sekolah masing-masing bahkan dalam mengambil keputusan pengelola pendidikan
tidak harus menunggu dari pemerintah. Manajemen berbasis Sekolah mengubah
sistem pengambilan keputusan dengan memindahkan otoritas dalam pengambilan
keputusan dan manajemen ke setiap yang berkepentingan di tingkat local.
Kepala Sekolah/Madrasah diberi
kewenangan dalam merencanakan, melaksanakan, mengawasi, proses penyelenggaraan
pada Sekolah yang dipimpin. Albers Mohrman menguraikan bahwa: Sebagai suatu
konsep, bisa dikatakan MBS merupakan tawaran model reformasi pada ranah pendidikan.
Konsep ini merupakan salah satu bentuk rekstrukturisasi sekolah dengan mengubah
sistem sekolah dengan melakukan kegiatannya. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan prestasi akademik sekolah dengan mengubah desain stuktur
organisasinya.
Namun demikian dalam memahami tujuan
penerapan MBS diperlukan wawasan, pengertian tujuan dan target yang hendak
dicapai dalam penerapan MBS. Tanpa memahami tujuan tersebut, maka Penerapan MBS
tidak akan berjalan, MBS bukanlah sekedar pertanggung jawaban sekolah pada masalah
administrative keuangan dan bersifat vertical sesuai jalur birokrasi, maupun
pusat-pusat birokrasi di bawahnya. Lebih lanjut Umaedi menegaskan, tanpa
pertanggung jawaban hasil pelaksanaan program.
Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) adalah meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan.
Peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang
ada, partisipasi masyarakat, dan penyederhanaan birokrasi serta tidak ada unsur
penekanan dari pemerintah. Peningkatan mutu dapat tempuh melalui peranserta
orang tua, kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan profesionalisme guru,
adanya hadiah dan hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat menumbuh
kembangkan suasana yang kondusif.
Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) berdasarkan kajian pelaksanaan di negara-negara yang sudah maju, maupun
yang tersurat dan tersirat dalam kebijakan pemerintah dan UU sisdiknas NO. 20
Tahun 2003, tentang Pendidikan Berbasis Masyarakat pasal 55 ayat 1:Masyarakat
berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan formal
dan non formal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial, dan budaya
untuk kepentingan masyarakat. Berkaitan dengan pasal tersebut setidaknya ada
empat aspek yaitu: kualitas (mutu) dan relevansi, keadilan, efektifitas dan efisiensi,
serta akuntabilitas.
Kebijakan MBS bertujuan mencapai mutu
quality dan relevansi pendidikan yang setinggi-tingginya, dengan tolok ukur
penilaian pada hasil output dan outcome bukan pada metodologi atau prosesnya.
Antara mutu dan relevansi ada yang memandangnya sebagai satu kesatuan
substansi, pendidikan yang bermutu adalah yang relevan dengan berbagai
kebutuhan dan konteksnya.
E.
Prinsip-prinsip dan Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Ada beberapa prinsip Manajemen Berbasis
Sekolah, yaitu :
Prinsip Otonomi sebagai kemandirian yaitu kemandirian dalam mengatur dan
mengurus dirinya sendiri (pengelolaan mandiri). Dalam hal prinsip pengelolaan
mandiri dibedakan dari pandangan yang menganggap sekolah hanya sebagai satuan
organisasi pelaksana yang hanya melaksanakan segala sesuatu berdasarkan
pengarahan, petunjuk, dan instruksi dari atas atau dari luar. Kemandirian dalam
program dan pendanaan merupakan tolok ukur utama kemandirian sekolah. Pada
gilirannya, kemandirian yang berlangsung secara terus menerus akan menjamin
kelangsungan hidup dan perkembangan sekolah menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
pendidikan nasional yang berlaku. Tentu saja kemandirian yang dimaksud harus
didukung oleh sejumlah kemampuan, yaitu kemampuan mengambil keputusan yang
terbaik, kemampuan berdemokrasi/ menghargai perbedaan pendapat, kemampuan
memobilisasi sumber daya, kemampuan memilih cara pelaksanaan yang terbaik, kemampuan
berkomunikasi dengan cara yang efektif, kemampuan memecahkan
persoalan-persoalan sekolah, kemampuan adaptif dan antisipatif, kemampuan
bersinergi dan berkolaborasi, serta kemampuan memenuhi kebutuhannya sendiri.
Prinsip Fleksibilitas yang dalam hal ini dapat diartikan sebagai
keluwesan-keluwesan yang diberikan kepada sekolah untuk mengelola,
memanfaatkan, dan memberdayakan sumber daya sekolah seoptimal mungkin untuk
meningkatkan mutu sekolah. Dengan keluwesan sekolah yang lebih besar, sekolah
akan lebih lincah dan tidak harus menunggu arahan dari atasannya untuk
mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumber daya. Dengan prinsip
fleksibilitas ini, sekolah akan lebih responsif dan lebih cepat dalam
menanggapi segala tantangan yang dihadapi. Seperti pada prinsip otonomi di
atas, prinsip fleksibilitas yang dimaksud tetap mengacu pada kebijakan,
peraturan dan perundangan yang berlaku. Program dan penyusunan Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) akan berbeda antara sekolah yang satu dengan
sekolah lainnya, bahkan ketika alokasi anggaran yang dimiliki sekolah jumlahnya
sama, tetapi penekanan dan pemilihan prioritas dapat berbeda. Prinsip ini
membuka kesempatan bagi kreativitas sekolah untuk melakukan upaya-upaya
inovatif yang diyakini dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan
sekolah, terutama proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.
Prinsip inisiatif yang didasarkan atas konsepsi bahwa manusia bukanlah
sumber daya yang statis, melainkan dinamis. Oleh karena itu, potensi sumberdaya
manusia harus selalu digali, ditemukan, dan kemudian dikembangkan. Dengan
demikian, lembaga pendidikan harus menggunakan pendekatan pengembangan sumber
daya manusia (human resources development) yang memiliki konotasi dinamis dan
menganggap serta memperlakukan manusia di sekolah sebagai aset yang amat
penting dan memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Prinsip tersebut
menunjukkan pentingnya faktor manusia pada efektivitas orgnanisasi. Perspektif
sumber daya manusia menekankan bahwa orang adalah sumber daya berharga di dalam
organisasi sehingga butir utama manajemen adalah mengembangkan sumber daya
manusia di dalam sekolah untuk berinisiatif. Berdasarkan perspektif ini, maka
MBS bertujuan membangun lingkungan yang sesuai untuk warga sekolah agar dapat
bekerja dengan baik dan mengembangkan potensinya.
Adapun karakteristik Manajemen Berbasis
Sekolah, yaitu sebagai berikut :
Sekolah dengan MBS memiliki misi atau cita-cita menjalankan sekolah
untuk mewakili sekelompok harapan bersama, keyakinan dan nilai-nilai sekolah,
membimbing warga sekolah di dalam aktivitas pendidikan dan memberi arah kerja.
Aktivitas pendidikan dijalankan berdasarkan karakteristik kebutuhan dan
situasi sekolah. Hakikat aktivitas sangat penting bagi sekolah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, karena secara tidak langsung memperkenalkan
perubahan manajemen sekolah dari manajemen kontrol eksternal menjadi model
berbasis sekolah.
Terjadinya proses perubahan strategi manajemen yang menyangkut hakikat
manusia, organisasi sekolah, gaya pengambilan keputusan, gaya kepemimpinan,
penggunaan kekuasaan, dan keterampilan-keterampilan manajemen. Oleh karena itu
dalam konteks pelaksanaan MBS, perubahan strategi manajemen lebih memandang
pada aspek pengembangan yang tepat dan relevan dengan kebutuhan sekolah.
Keleluasaan dan kewenangan dalam pengelolaan sumber daya yang efektif
untuk mencapai tujuan pendidikan, guna memecahkan masalah-masalah pendidikan
yang dihadapi, baik tenaga kependidikan, keuangan dan sebagainya.
MBS menuntut peran aktif sekolah, administrator sekolah, guru, orang
tua, dan pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan di sekolah.
MBS menekankan hubungan antar manusia yang cenderung terbuka, bekerja
sama, semangat tim, dan komitmen yang saling menguntungkan. Oleh karena itu,
iklim organisasi cenderung mengarah ke tipe komitmen sehingga efektivitas
sekolah dapat tercapai.
Peran administrator sangat penting dalam kerangka MBS, termasuk di
dalamnya kualitas yang dimiliki administrator.
Dalam MBS, efektivitas sekolah dinilai menurut indikator multitingkat
dan multisegi.
F. Implementasi Manajemen Berbasis sekolah (MBS)
Dalam penerapan Manajemen Berbasis
Sekolah, tidak ada ketetapan tentang strategi yang digunakan. Strategi
implementasi MBS akan berbeda antara sekolah yang satu dengan sekolah lainnya,
dan antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. Namun demikian, implementasi
MBS akan berhasil apabila bertolak dari strategi yang mengacu kepada prinsip
dan karakteristik MBS itu sendiri.
Faktor-faktor pendukung keberhasilan
implementasi MBS ialah: (1) adanya political will dari pengambil kebijakan yang
dapat dijadikan dasar hukum bagi sekolah, (2) finansial atau keuangan yang
memadai, (3) sumber daya manusia yang tersedia, (4) budaya sekolah, (5)
kepemimpinan, serta (6) keorganisasian sekolah. Keenam faktor tersebut tidak
dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain dalam mendukung keberhasilan
implementasi MBS.
Sekolah yang telah menerapkan MBS dapat
dilihat dari beberapa ukuran atau indikator. Indikator-indikator tersebut dapat
dilihat dari 3 pilar kebijakan pendidikan nasional yaitu pemerataan dan
peningkatan akses, peningkatan mutu dan daya saing, serta tata layana
pendidikan yang lebih baik. Berdasarkan ketiga pilar tersebut,
indikator-indikator keberhasilan implementasi MBS dapat dilihat dari semakin
meningkat dan membaiknya: (1) jumlah siswa yang mendapat layanan pendidikan,
(2) kualitas layanan pendidikan (seperti pembelajaran), yang berdampak pada
peningkatan prestasi akademik dan non akademik siswa dan jumlah siswa yang
tingkat tinggal kelas menurun, (4) produktivitas sekolah (efektivitas dan
efisiensi penggunaan sumber daya), (5) relevansi pendidikan, (6) keadilan dalam
penyelenggaraan pendidikan, (7) partisipasi orang tua dan masyarakat dalam
pengambilan keputusan, (8) iklim dan budaya kerja sekolah, (9) kesejahteraan
guru dan staf sekolah, serta (10) demokratisasi dalam penyelenggaraan
pendidikan.
Contoh-contoh indikator keberhasilan
implementasi MBS adalah sebagai berikut: (a). Dilihat dari aspek pemerataan dan
peningkatan akses adalah meningkatnya nilai APK, APM dan AT. (b) dilihat dari
aspek mutu adalah meningkatnya prestasi akademik dan non- akademik siswa,
seperti nilai ujian sekolah, meraih prestasi dalam olimpiade matematika, dan
sebagainya. (c) dilihat dari aspek layanan pendidikan di sekolah adalah
berkurangnya jumlah siswa yang tinggal kelas, drop out, dan sebagainya. Adapun
ciri-ciri sekolah yang melaksanakan MBS dilihat dari berbagai aspek, yaitu (a)
aspek organisasi: sekolah menyusun rencana pengembangan sekolah dan dapat
menggerakkan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan. (b).
Pembelajaran: meningkatkan kualitas belajar siswa, menyelenggarakan
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. (c) sumber daya
manusia: memberdayakan staf dan menempatkan personil yang dapat melayani
keperluan siswa, menyediakan kegiatan untuk pengembangan profesi staf.
G.
Peranan Masyarakat dalam Penerapan Manajemen Berbasis sekolah (MBS)
Peran serta masyarakat sangat diperlukan
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Peran serta masyarakat itu
tidak hanya berupa dukungan dana atau sumbangan fisik saja, tetapi bisa lebih
dari itu. Peran serta masyarakat sudah dapat dianggap baik jika dapat dapat
terlibat dalam bidang pengelolaan sekolah, apalagi bila dapat masuk ke biang
akademik. Orang tua merupakan salah satu aspek yang penting dalam pelaksanaan
MBS. Sebagai pihak yang sangat berkepentingan dengan kemajuan belajar anaknya,
orang tua sudah selayaknya dilibatkan secara aktif oleh sekolah untuk membantu
peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Peran serta mereka tidak hanya berupa
dana, tetapi juga pemikiran atau tenaga dalam pembelajaran, perencanaan
pengembangan sekolah, dan pengelolaan kelas. Komitmen dan kerjasama sangat
diperlukan dalam upaya realisasi peran serta ini. Antara sekolah dan orang tua
idealnya saling proaktif. Peran serta orang tua dalam peningkatan mutu
pendidikan di sekolah dapat disesuaikan dengan latar belakang sosial ekonomi
dan kemampuan orang tua.
Demikian pula, dukungan masyarakat
terhadap peningkatan mutu pendidikan sekolah melibatkan peran serta tokoh-tokoh
masyarakat dan tokoh agama, dunia usaha dan dunia industri, serta kelembagaan
sosial budaya. Penyertaan mereka dalam pengelolaan sekolah hendaknya dilakukan
secara integral, sinergis, dan efektif, dengan memperhatikan keterbukaan
sekolah untuk menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat dalam
meningkatkan mutu sekolah. Manajemen Berbasis Sekolah dapat berjalan dengan
baik apabila komite sekolah diberdayakan secara optimal. Komite sekolah
dibentuk sebagai mitra sekolah dalam mengembangkan diri menuju peningkatan
kualitas pendidikan. Dalam pelaksanaannya komite sekolah bekerja berdasarkan
fungsi-fungsi manajemen.
Sebagai mitra sekolah, komite sekolah
memiliki peran sebagai (1) advisory agency (pemberi pertimbangan), (2)
supporting agency (pendukung kegiatan layanan pendidikan), (3) controlling
agency (pengontrol kegiatan layanan pendidikan), dan (4) mediator atau
penghubung tali komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah. Sejalan dengan
upaya memberdayakan dan meningkatkan peran masyarakat, sekolah diharapkan dapat
membina jalinan kerjasama dengan orang tua dan masyarakat. Sebagai bagian dari konsep
Manajemen Berbasis Sekolah, pemberdayaan komite/dewan sekolah ini merupakan
wujud manajemen partisipatif yang melibatkan peran serta masyarakat, sehingga
semua kebijakan dan keputusan yang diambil adalah kebijakan dan keputusan
bersama dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
BAB
III
KESIMPULAN
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada
hakikatnya adalah penyerasian sumberdaya yang dilakukan secara mandiri oleh
sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan (stakeholder) yang terkait
dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk
memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Tujuan penerapan Manajemen Berbasis
Sekolah secara umum adalah untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah
melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah, pemberian fleksibilitas
yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdaya sekolah, dan
mendorong partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Prinsip-prinsip Manajemen Berbasis
Sekolah meliputi : Prinsip Otonomi, Prinsip inisiatif, dan Prinsip inisiatif.
Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah ada delapan. Dalam penerapan Manajemen
Berbasis Sekolah, tidak ada ketetapan tentang strategi yang digunakan. Strategi
implementasi MBS akan berbeda antara sekolah yang satu dengan sekolah lainnya,
dan antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. Namun demikian, implementasi
MBS akan berhasil apabila bertolak dari strategi yang mengacu kepada prinsip
dan karakteristik MBS itu sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Depdikbud. Kurikulum Sekolah Dasar Tahun
1994. Jakarta.
Depdikbud. Manajemen peningkatan berbasis
sekolah. Jakarta. 1994
Ibnu Syarif, Drs. Super visi pendidikan
.Yemmars.1971
Suhadi . implikasi desentralisasi
pendidikan dalam pengelolaan pendidikan daerah. Makal;ah seminar. FIP.2002
Departemen Pendidikan Nasional. 2007.
Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: -.
Mulyasa, E. 2009. Manajemen Berbasis
Sekolah Konsep, Strategi, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurkolis. 2006. Manajemen Berbasis
Sekolah Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Suryosubroto, B. 2010. Manajemen
Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Umaedi, dkk. 2009. Manajemen Berbasis
Sekolah. Jakarta: Universitas Terbuka.
http//www.pdfsearch.com/MBS
E. Mulyasa, 2002. Manajemen Berbasis
Sekolah: Konsep, Strategi dan Implementasi Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
————-, 2004. Manajemen berbasis Sekolah.
Jakarta: Rosda cet ke.7
Nanang Fatah, 2003. Konsep Manajemen
berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy
Susan Albers Moharman, 1994.
School-Based Manajeman. Organizing for High Performance San Fransisco: Jossey
Bass
Umaedi, 2004. Manajemen Berbasis
Sekolah/Madrasah. (MMBS/M) Jakarta: CEQM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar