Masjid Raya Baiturrahman

Masjid Raya Baiturrahman
di banda aceh

Minggu, 28 Desember 2014

makalah akhlak tasawuf



KATA PENGANTAR

Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Shalawat  dan  salam  selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat  limpahan  dan rahmat-Nya , kami  mampu  menyelesaikan tugas  makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Akidah adalah gudang akhlak yang kokoh. Ia mampu menciptakan kesadaran diri bagi manusia untuk berpegang teguh kepada norma dan nilai-nilai akhlak yang luhur. Akan tetapi sebaliknya, akidah-akidah hasil rekayasa manusia berjalan sesuai dengan langkah hawa nafsu manusia dan menanamkan akar-akar egoisme dalam sanubarinya.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dari orang-orang di sekitar kami, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi.
Makalah yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,  kepada  dosen  pembimbing  kami mengharapkan kritik dan sarannya  demi  perbaikan  pembuatan makalah di masa yang akan datang.
Penyusun

Kelompok III









DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR                                                                                      .... 1
DAFTAR ISI                                                                                                    .... 2
BAB I
PENDAHULUAN                                           
1.1  Latar Belakang                                                                                           .... 3
1.2  Rumusan Masalah                                                                                       .... 3
1.3  Tujuan                                                                                                         .... 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ilmu Akhlak                                                                               .... 4
2.2 Ruang Lingkup Akhlak                                                                               .... 5
2.3 Tujuan Akhlak                                                                                             .... 5
2.4 Perbandingan Baik Buruk Akhlak Aliran dalam Filsafat Etika...................... 5
2.5 Implementasi Akhlak dalam Kehidupan Bersama.......................................... 9

BAB III
PENUTUP                                                        
3.1 Kesimpulan                                                                                                  .... 12
DAFTAR PUSTAKA                                                                                       .... 13






BAB I
PENDAHULUAN

1.1             Latar Belakang
Akhlak merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu di dalam diri seseorang. Dari sifat yang ada itulah terpancar sikap dan tingkah laku perbuatan seseorang, seperti sifat sabar, kasih sayang, atau malah sebaliknya pemarah, benci karena dendam, iri dan dengki, sehingga memutuskan hubungan silaturahmi.
Akhlak merupakan batu pondasi suatu kaum. Akhlak yang baik dan mulia akan mengantarkan kedudukan seseorang pada posisi yang terhormat dan tinggi. Atas dasar itulah kami menyusun makalah ini, agar kita semua sebagai makhluk Allah, tidak tersesat dalam menjalani hidup, dan dapat menjadikan Rasulullah sebagai idola kita, karena sesungguhnya pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi kita.

1.2             Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari kata Akhlak ?
2.      Mengetahui Ruang Lingkup Akhlak?
3.      Apa saja penerapan akhlak dalam kehidupan?
4.      Bagaimana upaya peningkatan akhlak?

1.3             Tujuan
1.      Memahami Pengertian dan Ruang Lingkup Akhlak
2.     Dapat mebandingkan ukuran baik buruk dalam Akhlak dengan aliran dalam filsafat etika
3.      Mengetahui implementasi akhlak dalam kehidupan sehari-hari
4.      Dapat mengimplementasikan akhlak-akhlak yang terpuji
5.      Mengetahui dan dapat menjaga diri dari tantangan-tantangan akhlak




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ILMU AKHLAK
Ada dua pendekatan yang dapat di gunakan untuk mendefinisikan akhlak yaitu pendekatan linguistic (kebahasan), dan pendekatan terminologik (peristilahan). Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagaimana tersebut di atas tampaknya kurang pas, sebab isim mashdar dari kata akhlaqa bukan dari kata akhlaq tetapi ikhlaq. Berkenaan dengan ini maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara Lingustik kata akhlak merupakan isim jaded atau isim mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah demikian adanya.
Secara bahasa akhlak berasal dari kata اخلق – يخلق – اخلاقا artinya perangai, kebiasaan, watak, peradaban yang baik, agama. Kata akhlak sama dengan kata khuluq. Dasarnya adalah :
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OŠÏàtã ÇÍÈ  
Artinya : dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. ( al-qalam :4 )
انما بعثت لا تمم مكارم الاخلاق
Artinya : bahwasanya aku di utus (allah) untuk menyempurkan keluhuran budi pekerti. (HR. AHMAD)
Secara istilah akhlak berasal dari :
a) Ibnu Miskawaih: sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melaksanakan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
b) Imam Ghazali: sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan yang mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
c) Ibrahim Anis dalam Mu`jam al-Wasith : sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
d) Dalam kitab Dairatul Ma`arif : sifat-sifat yang terdidik.
Dari atas tak ada perbedaan akan tetapi memilki kemiripan antara satu dengan yang lain. Definisi – definisi akhlak tersebut adalah subtansial tampak saling melengkapi.

2.2 RUANG LINGKUP AKHLAK
jika definisi tentang ilmu akhlak tersebut kita perhatikan dengan seksama, akan tampak bahwa ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak adalah membahas tentang perbuatan – perbuatan manusia, kemudian menetapkannya apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatab yang baik atau perbuatan yang buruk.
Dengan mengemukakan beberapa literaratur tentang akhlak tersebut menunjukan bahwa keberadaan ilmu akhlak sebagai sebuah disiplin ilmu agama sudah sejajar dengan ilmu-ilmu keislaman lainnya, seperti tafsir, tauhid, fiqh, sejarah islam, dan lai-lain.
Pokok-pokok masalah yang dibahas dalam ilmu akhlak pada intinya adalah perbuatan manusia. Dan selanjutnya di tentukan kriterianya apakah itu baik atau buruk.
Definisi dari ruang lingkup akhlak:
    Perbuatan-perbuatan manusia menurut ukuran baik dan buruk.
    Objeknya adalah norma atau penilaian terhadap perbuatan tersebut.
    Perbuatan tersebut baik perbuatan individu maupun kolektif.
2.3  TUJUAN AKHLAK
Tujuan akhlak adalah menggapai suatu kebahagiaan hidup umat manusia baik di dunia dan di akhirat. Dikarekan itulah kita sebagai manusia untuk hidup saling membantu baik dari pekerjaan, kebutuhan atau lainnya.
Tujuan mempelajari akhlak diantaranya adalah menghindari pemisahan antara akhlak dan ibadah. Atau bila kita memakai istilah: menghindari pemisahan agama dengan dunia (sekulerisme). Kita sering mendengar celotehan, “Agama adalah urusan akhirat sedang masalah dunia adalah urusan masing-masing.” Atau ungkapan, ”Agama adalah urusan masjid, di luar itu terserah semau gue.” Maka jangan heran terhadap seseorang yang beribadah, kemudian di lain waktu akhlaknya tidak benar. Ini merupakan kesalahan fatal. Kita pun sering menjumpai orang-orang yang amanah dan jujur, tetapi mereka tidak shalat. Ini juga keliru.
2.4 Perbandingan baik buruk Akhlak  aliran dalam filsafat etika
A.Pengertian Akhlak dan Etika
   Secara etimologis, akhlak berasal dari bahasa Arab, jama’ah dari khuluqun artinya budi pekerti, tingkah laku, tabi’at, dan lain-lain. Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan yang tercela, baik perkataan maupun perbuatan manusialahir dan batin (Hamzah Ya’qoub).
Dikatakan pula, akhlak adalah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu yang mengerjarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.
Sedangkan etika ialah ilmu tentang tingkah laku manusia, prinsip-prinsip yang sistematis tentang tindakan moral yang betul, bagian filsafat yang memperkembangkan teori tentang tindakan, hujah-hujahnya dan tujuannya yang diarahkan kepada makna tindakan.
 Dengan kata lain, etika adalah ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan buruk bagi semua manusia dalam ruang dan waktu tertentu. Sesuatu hal dikatakan baik bila ia mendatangkan rahmat dan memberikan perasaan senang atau bahagia. (Sesuatu dikatakan baik bila ia dihargai secara positif). Segala yang tercela. Perbuatan buruk berarti perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku.
Kriteria perbuatan baik atau buruk yang akan diuraikan di bawah ini sebatas berbagai aliran atau faham yang pernah dan terus berkembang sampai saat ini. Khusus penilaian perbuatan baik dan buruk menurut agama, adat kebiasaan, dan kebudayaan tidak akan dibahas disini.
1.    Aliran Etika Naturalisme
Aliran ini berpendirian bahwa sesuatu dalam dunia ini menuju kepada suatu tujuan dengan memenuhi panggilan nature/alam setiap sesuatu akan dapat sampai kepada kesempurnaan. Yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia adalah perbuatan yang sesuai dengan fitrajh / naluri manusia itu sendiri.
Yang menjadi ukuran baik atau buruk adalah :”apakah sesuai dengan keadaan alam”, apabila alami maka itu dikatakan baik, sedangkan apabila tidak alami dipandang buruk. Jean Jack Rousseau mengemukakan bahwa kemajuan, pengetahuan dan kebudayaan adalah menjadi perusak alam semesta.
2.    Aliran Etika Hedonisme
Aliran hedonisme berpendapat bahwa aliran baik dan buruk adalah kebahagiaan karenanya suatu perbuatan dapat mendatangkan kebahagiaan maka perbuatan itu baik dan sebaliknya perbuatan itu buruk apabila mendatangkan penderitaan.
Menurut aliran ini, setiap manusia selalu menginginkan kebahagiaan yang merupakan dorongan daripada tabiatnya dan ternyata kebahagiaan merupakan tujuan akhir dari hidup manusia, oleh karenanya jalan yang mengantarkan ke arahnya dipandang sebagai keutamaan (perbuatan mulia / baik).
Maksud dari kebahagiaan dari aliran ini adalah hedone, yakni kelezatan, kenikmatan, dan kepuasan rasa serta terhindar dari penderitaan. Ada juga yang mengartikan kelezatan adalah ketentraman jiwa yang berarti keimbangan badan.
Oleh karena itu,menurut aliran ini kelezatan merupakan ukuran dari perbuatan, jadi perbuatan dipandang baik menurut kadar kelezatan yang terdapat pada perbuatan yang dilakukan seseorang dan sebaliknya perbuatan itu buruk menurut kadar penderitaan yang ada pada diri seseorang tersebut.
Aliran hedonisme, bahkan tidak hanya mengajarkan agar manusia mencari kelezatan, karena pada dasarnya tiap-tiap perbuatan ini tidak sunyi dari kelezatan tetapi aliran ini justru menyatakan hendaklah manusia itu mencari sebesar-besar kelezatan, dan seandainya dia disuruh memilih diantara beberapa perbuatan wajib ia memilih yang paling besar kelezatannya.
Maksud paham ini adalah manusia hendaknya mencari kelezatan sebesar-besarnya. Dan setiap perbuatannya diarahkan pada kelezatan. Jika terjadi keraguan dalam memilih suatu perbuatan harus diperhitungkan banyak sedikitnya kelezatan dan kepedihannya. Sesuatu yang baik apabila diri seorang yang melakukan perbuatan mengarah kepada tujuan.
Aliran hedonisme terbagi menjadi dua, yaitu:
a.    Egoistic Hedonisme
Dalam aliran ini dinyatakan bahaw ukuran kebaikan adalah kelezatan diri pribadi orang yang berbuat. Karena itu, dalam aliran ini mengharuskan kepada para pengikutnya agar mengerahkan segala perbuatannya untuk mengahasilkan kelezatan tersebut yang sebesar-besarnya.
b.    Universalistic Hedonisme
Aliran ini mendasarkan ukuran baik dan buruk pada “kebahagiaan umum”. Aliran ini mengharusakan agar manusia dalam hidupnya mencari kebahagiaan yang sebesar-besarnya untuk sesama manusia dan bahkan pada sekalian mahkluk yang berperasaan. Jadi baik buruknya sesuatu didasarkan atas ada kesenangan atau tidaknya sesuatu itu bagi umat manusia. Kalau memang sesuatu itu lebih banyak kelezatannya dan membawa kemanfaatan maka hal itu baik tapi sebaliknya kalau membawa akibat penderitaan maka hal itu berarti buruk.
3.    Aliran Etika Utilitarisme
Paham ini berpendapat bahwa yang baik adalah yang bermanfaat hasilnya dan yang buruk hasilnya tidak bermanfaat. Manfaat disini adalah kebahagiaan untuk sebanyak-banyak manusia dari segi jumlah atau nilai.
Maksud dari paham ini adalah agar manusia dapat mencari kebahagiaan sebesar-besarnya untuk sesama manusia atau semua mahkluk yang memiliki perasaan.
Kelezatan menurut paham ini bukan kelezatan yang melakukan perbuatan itu saja tetapi kelezatan semua orang yang ada hubungannya dengan perbuatan itu. Wajib bagi si pembuat dikala menghitung buah perbuatannya, jangan sampai berat sebelah darinya tetapi harus menjadikan sama antara kebaikan dirinya dan kebaikan orang lain.
4.    Aliran Etika Idealisme
Aliran Idealisme dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804) seorang berkebangsaan Jerman. Pokok-pokok pandangan etika idealisme dapat disimpulkan sebagai berikut:

a.    Wujud yang paling dalam arti kenyataan (hakikat) ialah kerohanian. Seorang berbuat baik pada prinsipnya bukan karena dianjurkan oleh orang lain melainkan timbul dari dirinya sendiri dan rasa kewajiban.
b.    Faktor yang paling penting mempengaruhi manusia adalah “kemauan” yang melahirkan tindakan konkret dan menjadi pokok di sini adalah “kemauan baik”.
c.    Dari kemauan yang baik itulah dihubungkan dengan sesuatu hal yang menyempurnakannya yaitu “rasa kewajiban”.
Menurut aliran ini “kemauan” merupakan faktor terpenting dari wujudnya tindakan-tindakan yang nyata. Kemauan perlu disempurnaka dengan perasaan kewajiban agar terwujud tindakan yang baik.
5.    Aliran Etika Vitalisme
Perbuatan baik menurut aliran ini adalah orang yang kuat, dapat memaksakan dan menekankan kehendaknya. Agar berlaku dan ditaati oleh orang-orang yang lemah. Manusia hendaknya mempunyai daya hidup atau vitalita untuk menguasai dunia dan keselamatan manusia tergantung daya hidupnya.
Aliran ini merupakan bantahan terhadap aliran naturalism sebab menurut faham vitalisme yang menjadi ukuran baik dan buruk itu bukan alam tetapi “vitae” atau hidup (yang sangat diperlukan untuk hidup). Aliran ini terdiri dari dua kelompok yaitu (1) vitalisme pessimistis (negative vitalistis) dan (2) vitalisme optimistis. Kelompok pertama terkenal dengan ungkapan “homo homini lupus” artinya “manusia adalah serigala bagi manusia yang lain”. Sedangkan menurut aliran kedua “perang adalah halal”, sebab orang yang berperang itulah (yang menang) yang akan memegang kekuasaan. Tokoh terkenal aliran vitalisme adalah F. Niettsche yang banyak memberikan pengaruh terhadap Adolf Hitler.
6.    Aliran Etika Teologi
Aliran ini menyatakan bahwa baik dan buruknya perbuatan sekarang tergantung dari ketaantan terhadap ajaran Tuhan lewat kitab sucinya. Hanya saja aliran ini tidak menyebutkan dengan jelas Tuhan dan Kitab sucinya.
Yang menjadi ukuran baik-buruknya perbuatan manusia adalah didasarkan kepada ajaran Tuhan. Segala perbuatan yang diperintah Tuhan itu perbuatan yang baik dan segala perbuatan yang dilarang oleh Tuhan itu perbuatan buruk.
B.    Aliran Ajaran Islam
Menurut paham ini bahwa penentuan baik dan buruk dalam ajaran Islam harus didasarkan pada petunjuk Al-Quraan dan As-Sunnah. Ada beberapa istilah yang mengacu kepada yang baik, diantaranya Al-Khair lawannya As-Syarr.
Adanya berbagai istilah yang demikian variatif yang diberikan Al-Quran dan Al Hadis itu menunjukan bahwa penjelasan sesuatu yang baik menurut ajaran agama Islam jauh lebih lengkap dan komprehensif karena meliputi kebaikan yang bermanfaat bagi akal, ruhani, jiwa, kesejahteraan di dunia dan akhirat, serta akhlak yang mulia.
Dalam persoalan akidah (tauhid, kalam, teologi) ada aliran mu’tazilah yang hampir sama dengan paham rasionalisme. Meskipun aliran mu’tazilah berpendapat bahwa persoalan baik dan buruk bisa diketahui oleh akal, tetapi aliran ini juga setuju bahwa mengenal dan bersyukur atas nikmat yang diberi Alloh adalah wajib. Mu’tazilah juga tetap berpegang pada firman Alloh dan sabda Rasulnya.
Kebenaran itu sangat subjektif dan bermacam-macam. Benar menurut ilmu hitung berlainan dengan benar menurut ilmu politik Demikian pula benar menurut seseorang berlainan dengan benar menurut yang lainnya berdasarkan kepentingannya. Sehingga kebenaran bersifat relative.
Meskipun begitu secara objektif kebenaran itu hanya ada satu, tak ada dua kebenaran yang bertentangan. Bila ada dua kebenaran yang bertentangan, pasti salah satunya saja yang benar atau kedua-duanya salah. Secara objektif peraturan juga hanya satu dan tak mungkin mengandung hal-hal yang bertentangan didalamnya. Pada hakikatnya yang benar itu pasti dan hanya satu. Kebenaran yang pasti adalah kebenaran yang didasarkan pada peraturan yang dibuat Alloh Swt, Dzat Yang Maha Esa.
C.    Perbandingan Akhlak dan Etika
Akhlak merupakan sebuah wahyu dari Allah dan bersifat mutlaq tidak dapat di rubah-rubah. Sedangkan etika merupakan sebuah dasar pikiran manusia yang bersifat relatif sehingga bisa berubah-ubah, tapi jika jika etika tersebut merupakan hasil dari izma-izma para ulama bisa bersifat mutlaq.
Persamaan akhlak dengan etika adalah karena keduanya membahas masalah baik dan buruk, tentang tingkah laku manusia, serta bertujuan agar manusia mempunyai budi perkerti yang baik.
Sedangkan yang menjadi perbedaanya, rujukan akhlak adalah Al-Qur’an dan sunnah Rasul. Karena bersumber dari dari Al-Qur’an dan sunnah Rasul, mutlak kebenarannya. Sedangkan etika merupakan cabang dari filsafat, filsafat tingkah laku,. Dasar filsafat adalah akal budi pekerti manusia, karena dasarnya adalah pikiran , maka kebenarannya nisbi, relatif.
Akhlak berkaitan dengan keyakinan seorang muslim terhadap nilai-nilai keimanannya, sedangkan etika tidak demikian. Akhlak berlaku universal sedangkan etika berlaku parsial.
2.5 Implementasi Akhlak dalam kehidupan bersama
Akhlaq mulia merupakan cita-cita yang diharapkan terwujud di setiap pribadi manusia yang akan senantiasa dinantikan sebagai penghias karakter seluruh generasi di segenap masa. Berikut akan dijelaskan beberapa penerapan akhlaq mulia :
1.                   Akhlaq kepada Khalik (Pencipta)
Salah satu perilaku atau tindakan yang mendasari akhlak kepada Pencipta adalah Taubat. Selain itu, kita juga harus beriman kepada Allah semata, menyembah, beribadah, dan berdoa hanya kepada Allah, mencintai, bersyukur, berdzikir, tawakal, dan takwa kepada Allah, dan sebagainya.
2.                   Akhlaq kepada Sesama
Akhlaq terhadap sesama dibedakan menjadi dua macam :
A.    Akhlaq kepada sesama muslim
Penerapan akhlaq kepada sesama muslim misalnya ketika kita ingin di hargai oleh orang lain, maka kewajiban kita juga harus menghargai orang lain, menghormati orang yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, menyantuni yang fakir, menjaga lisan dalam perkataan agar tidak membuat orang lain disekitar kita merasa tersinggung, dan sebagainya.
B.     Akhlaq kepada sesama  nonmuslim
Akhlaq antara sesama nonmuslim diajarkan dalam agama karena mereka (nonmuslim) juga merupakan makhluk. Berbicara masalah keyakinan adalah persoalan nurani yang mempunyai asasi kemerdekaan yang tidak bisa dicampuradukkan hak asasi kita dengan hak merdeka orang lain, apalagi masalah keyakinan, yang terpenting adalah kita lebih jauh memaknai kehidupan sosial karena dalam kehidupan ada namanya etika sosial. Masalah etika sosial tidak terlepas dari karakter kita dalam pergaulan hidup. Contohnya bagaimana kita menghargai apa yang menjadi keyakinan mereka, menghargai ketika mereka melakukan upacara keagamaan, walaupun mereka hidup dalam minoritas, memberi bantuan bila mereka terkena musibah, dan sebagainya.
3.                   Akhlaq kepada Diri Sendiri
Untuk mempertahankan kehormatan, harga diri, dan meningkatkan harkat dan martabat dalam hidup ini, kita memerlukan akhlaq terhadap diri sendiri, antara lain:
a. Menjaga kehormatan dan harga diri, membersihkan diri lahir dan batin.
b. Memiliki dan memupuk sifat-sifat terpuji.
c. Taat menjalankan ajaran agama.
d. Menjaga lisan, mata, telinga, dan tangan dari perbuatan tercela.
e. Mencari rezeki yang halal.
f. Selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah, beramal shaleh, meningkatkan iman dan takwa.

4.                   Akhlaq kepada Keluarga
Berikut akan diberikan beberapa contoh penerapan akhlaq mulia kepada keluarga :
a.       Kepada orangtua : berbakti, menghormati, menyayangi dan mendoakan keduanya, tidak berkata kasar, tidak menyakiti hati dan fisik mereka, apabila mereka sudah sepuh, keduanya disantuni dan diberi nafkah.
b.      Kepada istri atau suami : menjaga kedamaian, ketenangan, saling menghormati, saling menyayangi, bersikap jujur dan terbuka, tidak selingkuh dan saling curiga, dan sebagainya.
c.       Kepada tetangga dan masyarakat : saling membantu, tenggang rasa, gortong royong, saling menghormati, saling meminta dan memberi, dan sebagainya.
d.      Hormat dan memuliakan guru dan dosen, dan sebagainya.
5.                   Akhlaq kepada Lingkungan (Alam Semesta)
Hendaknya setiap manusia melakukan hal-hal berikut:
a.       Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam semesta serta bersyukur kepada Allah.
b.      Memanfaatkan alam semesta dengan sebesar-besarnya bagi kemakmuran hidup manusia.
c.       Menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan flora dan fauna serta alam semesta ini untuk kepentingan manusia.
d.      Tidak berlaku dzalim, aniaya, atau mengeksploitasi secara semena-mena, seperti penebangan hutan secara liar, penggalian tambang tanpa mempedulikan lingkungan, membuat polusi, dan sebagainya.












BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan penjelasan diatas mengenai Akhlak, dapat kita tarik kesimpulan sebagai berkut ;
1.      Akhlaq mulia merupakan cita-cita yang diharapkan terwujud di setiap pribadi manusia yang akan senantiasa dinantikan sebagai penghias karakter seluruh generasi di segenap masa
2.      Sebagai manusia kita harus memahami dan menerapkan beberapa akhlak, yakni Akhlak kepada pencipta, kepada sesama baik muslim maupun nonmuslim, diri sendiri, keluarga, dan lingkungan.
3.      Zaman yang semakin modern membuat manusia menjadi lupa diri dan sering berada diluar garis batas ajaran agamanya.
4.      Manusia yang hidup didunia harus memiliki aqidah dan akhlak yang kokoh sebagai benteng sehingga tidak tersesat dan apa-apa yang kita lakukan tidak melanggar ajaran agama yang telah ditentukan.
5.      Dan untuk menjaga akhlak, kiat harus sering mengingat Allah dan bergaul dengan orang-orang shaleh agar pada saat kita lupa kita cepat disadarkan kembali untuk kembali ke jalan yang benar.











DAFTAR PUSTAKA

·         Prof.Dr.H.Abuddin Nata, MA, 2006. Akhlak Tasawwuf . Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.
·         Departemen Agama R.I., 2005. Al-Qur’an dan Terjemahnya. PT. Syaamil.
·         Kaelany. (2009). Islam Agama Universal. Jakarta: Midada Rahma Press.
·         http://www.voa-islam.com/muslimah/education/2011/10/27/16502/pendidikan-akhlak-yang-baik-warisan-terindah-bagi-anak-kita/
·         Gandaatamaja, Muhtar, Ahmad Saefurrizal. 2000: Kuliah Al-Isla Akidah, Syari’ah, dan Akhlak. Lembaga Pendidikan dan Dakwah Al-Hikmah. Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar